Bila Enkau Hidup Hari ini, Jangan Menunggu Hari Esok Untuk Beribadah, Karena ajal/kematian Akan Memjemputmu Kapan saja, Tanpa Disangka-sangka

Sabtu, 16 Juni 2012

Sinopsis: Resensi Novel "Ouhibbouki, Areta''


Berbekal akan  kepedulian terhadap pendidikan islami di Indonesia,  penulis melakukan observasi mengenai kurangnya sosialisasi terhadap pendidikan islam, dimana masih banyak kekeliruan dan ketidakfahaman terhadap tradisi dan modernisasi pendidikan islam menuju milenium baru. Padahal, pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien.

Kajian pendidikan islam nampaknya termasuk kedalam bidang yang belum tergarap secara serius dalam studi islam secara keseluruhan. Karena relatif langkanya kajian-kajian serius mengenai kependidikan islam ini, dapat dipahami bahwa pemikiran kependidikan islam juga tidak berkembang sebagaimana mestinya.

Salah satu bukti konkrit adalah, ketika kerajaan Maroko yang hingga kini memberikan jatah 15 kursi beasiswa untuk pelajar di Indonesia setiap tahunnya, masih saja tidak terisi dengan sempurna. Padahal ada begitu banyak pemikir-pemikir berkaliber internasional jebolan beberapa Universitas di Maroko yang beberapa kitabnya digunakan di seluruh pesantren di Indonesia, contohnya seperti Al-Jabiri dengan pemikiran kritik nalar nya, Salim Yasfut dengan pemikiran Epistemologinya, Abdul Majid As-Sugair dengan pemikiran relasi kekuasaan VS pengetahuan, Muhammad Sabilla dengan pemikiran modernitasnya, Abdussalam Benabdelali dengan pemikiran filsafat kontemporernya, Abdullah Ar-rawi dengan pemikiran sejarahnya, Taha Abdurrahman dengan pemikiran filsafat bahasa dan akhlak, dan lain sebagainya.

Novel “Ouhibouki, Areta” (dibaca : Uhibuki, Areta ) ini, dimana memiliki makna “Aku mencintaimu, Areta” dalam bahasa Darijah Arabia, bahasa sehari-hari rakyat Maroko, merupakan sebuah novel yang mengangkat dan mensosialisasikan pendidikan islam, juga persahabatan antara Indonesia dan Maroko yang sudah terjalin selama setengah abad lamanya. Ada banyak kisah yang sudah terjalin selama menjadi “Akh Shaqiq”atau sebutan Maroko untuk Indonesia, yaitu saudara kandung.

Novel yang mengambil setting di negeri Al-Maghribiyah ini,  tak hanya mengupas ke-eksotikan setiap sudut Maroko dengan sebutan negeri matahari terbenam, yang memiliki bermacam pancang kuat yang mendeskripsikan betapa agungnya setiap sudut sudut kota di negeri seribu benteng ini. Tetapi juga memuat perjuangan dua insan manusia yang berjuang untuk lebih mempererat tali persaudaraan dua negara dan menjadi motivasi para pelajar di Indonesia untuk berjuang dan membangkitkan semangat negeri dalam rangka memperbaiki citra islam di mata dunia.

            Asyam Bahiir, adalah seorang pengajar di Pesantren Tawalib Putra Padang Panjang, yang lulus seleksi beasiswa S2 di Universitas Mohammad V-Rabat, ibukota Morocco. Ia terkenal sebagai seorang laki-laki yang sangat cerdas dan mempunyai cita-cita luhur, ingin membawa bekal dakwah sesuai dengan obsesinya yang begitu besar yaitu berdakwah membawa kecerdasan intelektual, berkiblat pada ajaran ajaran para pemikir  berkaliber Internasional, jebolan negeri seribu benteng yang disebut juga sebagai negeri matahari terbenam, yaitu Morocco

            Asyam sangat mengagumi Nisrina, seorang wanita yang sangat tegar ketika di tempa ujian berat bertubi-tubi dan membuat hidupnya berantakan. Kekagumannya itu membuatnya ingin menikahi Nisrina, agar supaya ia dapat melindungi wanita itu dari luka dalam kehidupannya. Namun ujian yang dihadapi Nisrina memang tak henti-henti. Menjelang pernikahannya dengan Asyam pun, Allah menguji mereka dengan sebuah takdir yang tak dapat dielakkan. Dari itulah Asyam menganggap bahwa cinta adalah sesuatu yang tak harus di agung-agungkan, karena cinta belum tentu membawa manfaat.

            Prestasi dan karir Asyam yang gemilang di negeri seribu benteng itu, tak lepas dari support Areta, wanita berdarah asli Maroko dan Indonesia, yang juga menerima beasiswa S2 untuk memperdalam ilmu Islam di negerinya sendiri, negeri Al-Maghribiyah. Bersama Areta, Asyam seperti menemukan oase yang berbeda dari seorang Nisrina. Areta yang sangat cerdas, lantang ketika berbicara serta bahasa tubuhnya yang mengagumkan, membuat Asyam memiliki perasaan berbeda yang tak ia sadari. Asyam masih saja menganggap bahwa cinta adalah sesuatu yang dilarang agama. Maka dari itu, ia selalu menepis perasaannya.

            Hubungan bilateral antara Indonesia dan Maroko semakin baik dengan munculnya gagasan-gagasan penting dari seorang Asyam dan Areta. Perlahan, kursi yang disediakan negara Maroko untuk memberikan jatah beasiswa kepada mahasiswa Indonesia, kian menunjukan perkembangan yang baik. Begitu juga pertukaran budaya yang di galakkan oleh Asyam. Banyak dari masyarakat Maroko yang akhirnya menyambut suka cita terhadap seni kebudayaan negara Indonesia. Asyam pun menjadi tokoh yang di kagumi para petinggi kerajaan Maroko dan juga mahasiswa, khususnya mahasiswa Indonesia yang berada di Maroko.

            Hingga akhirnya takdir berbicara lain, banyak hal yang terjadi di luar dugaan dan kehendak manusia. Ketika Asyam menyadari bahwa ternyata cinta itu tak dilarang syariatnya dalam agama, selama tidak melanggar hukum Allah, maka Asyam mulai merasakan dilemma cukup hebat, antara fokus terhadap pendidikan dan karirnya, juga cinta yang tak kunjung hilang, membuat imannya serasa di koyak-koyak. Disinilah pergulatan hati Asyam yang sangat hebat. Pesona Areta dan kesempatan untuk selalu bersamanya, sempat melululantahkannya. Namun karena kekuatan hatinya, Asyam tetap memilih untuk mendedikasikan dirinya dan kembali ke negerinya Indonesia, lalu meninggalkan Areta.

            Ketika segala sesuatu tidak sesuai kehendak manusia, maka Qada dan Qadr lah yang memiliki andil untuk membuat manusia bisa menerima hidup sesuai kehendak sang illahi. Cinta yang tarjadi didalam novel ini pun, merupakan ungkapan hati dari Asyam Bahiir dan Areta yang memang sama-sama mengagumi seorang pujangga asal Cordoba. Cinta tidak dilarang syariatnya dalam agama. Cinta adalah urusan hati, dan hati adalah urusan illahi...
     Dapatkan kisah selengkapnya hanya dengan memiliki novel "Ouhibouki Areta". Tu lagi Ngantri...he he...

         ini Foto Penulis Novelnya:.........
Pemilik Blog Adalah Mahasiswa Indonesia di Maroko, Afrika Utara.
Email: afikrihaditomandar@yahoo.com

Sumber: Kawan di Maroko yang juga terlibat dalam penulisan novel ini
http://el-hilaly.blogspot.com

Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More