Kajian pendidikan islam nampaknya
termasuk kedalam bidang yang belum tergarap secara serius dalam studi islam
secara keseluruhan. Karena relatif langkanya kajian-kajian serius mengenai
kependidikan islam ini, dapat dipahami bahwa pemikiran kependidikan islam juga
tidak berkembang sebagaimana mestinya.
Salah satu bukti konkrit adalah, ketika
kerajaan Maroko yang hingga kini memberikan jatah 15 kursi beasiswa untuk
pelajar di Indonesia setiap tahunnya, masih saja tidak terisi dengan sempurna.
Padahal ada begitu banyak pemikir-pemikir berkaliber internasional jebolan
beberapa Universitas di Maroko yang beberapa kitabnya digunakan di seluruh
pesantren di Indonesia, contohnya seperti Al-Jabiri
dengan pemikiran kritik nalar nya, Salim
Yasfut dengan pemikiran Epistemologinya, Abdul Majid As-Sugair dengan pemikiran relasi kekuasaan VS
pengetahuan, Muhammad Sabilla dengan
pemikiran modernitasnya, Abdussalam
Benabdelali dengan pemikiran filsafat kontemporernya, Abdullah Ar-rawi dengan pemikiran sejarahnya, Taha Abdurrahman dengan pemikiran filsafat bahasa dan akhlak, dan
lain sebagainya.
Novel “Ouhibouki, Areta” (dibaca :
Uhibuki, Areta ) ini, dimana memiliki makna “Aku mencintaimu, Areta” dalam
bahasa Darijah Arabia, bahasa sehari-hari rakyat Maroko, merupakan
sebuah novel yang mengangkat dan mensosialisasikan pendidikan islam, juga
persahabatan antara Indonesia dan Maroko yang sudah terjalin selama setengah
abad lamanya. Ada banyak kisah yang sudah terjalin selama menjadi “Akh
Shaqiq”atau sebutan Maroko untuk Indonesia, yaitu saudara kandung.
Novel yang mengambil setting di negeri
Al-Maghribiyah ini, tak hanya mengupas ke-eksotikan setiap sudut Maroko
dengan sebutan negeri matahari terbenam, yang memiliki bermacam pancang kuat
yang mendeskripsikan betapa agungnya setiap sudut sudut kota di negeri seribu
benteng ini. Tetapi juga memuat perjuangan dua insan manusia yang berjuang
untuk lebih mempererat tali persaudaraan dua negara dan menjadi motivasi para
pelajar di Indonesia untuk berjuang dan membangkitkan semangat negeri dalam
rangka memperbaiki citra islam di mata dunia.
Asyam Bahiir, adalah seorang pengajar di Pesantren Tawalib Putra
Padang Panjang, yang lulus seleksi beasiswa S2 di Universitas Mohammad V-Rabat,
ibukota Morocco. Ia terkenal sebagai seorang laki-laki yang sangat cerdas dan
mempunyai cita-cita luhur, ingin membawa bekal dakwah sesuai dengan obsesinya
yang begitu besar yaitu berdakwah membawa kecerdasan intelektual, berkiblat
pada ajaran ajaran para pemikir berkaliber Internasional, jebolan negeri seribu benteng yang
disebut juga sebagai negeri matahari terbenam, yaitu Morocco
Asyam sangat mengagumi Nisrina,
seorang wanita yang sangat tegar ketika di tempa ujian berat bertubi-tubi dan
membuat hidupnya berantakan. Kekagumannya itu membuatnya ingin menikahi
Nisrina, agar supaya ia dapat melindungi wanita itu dari luka dalam
kehidupannya. Namun ujian yang dihadapi Nisrina memang tak henti-henti.
Menjelang pernikahannya dengan Asyam pun, Allah menguji mereka dengan sebuah
takdir yang tak dapat dielakkan. Dari itulah Asyam menganggap bahwa cinta
adalah sesuatu yang tak harus di agung-agungkan, karena cinta belum tentu
membawa manfaat.
Prestasi dan karir Asyam yang gemilang di negeri seribu benteng itu, tak lepas
dari support Areta, wanita berdarah asli Maroko dan Indonesia, yang juga
menerima beasiswa S2 untuk memperdalam ilmu Islam di negerinya sendiri, negeri Al-Maghribiyah. Bersama Areta, Asyam
seperti menemukan oase yang berbeda
dari seorang Nisrina. Areta yang sangat cerdas, lantang ketika berbicara serta
bahasa tubuhnya yang mengagumkan, membuat Asyam memiliki perasaan berbeda yang
tak ia sadari. Asyam masih saja menganggap bahwa cinta adalah sesuatu yang
dilarang agama. Maka dari itu, ia selalu menepis perasaannya.
Hubungan bilateral antara Indonesia dan Maroko semakin baik dengan munculnya
gagasan-gagasan penting dari seorang Asyam dan Areta. Perlahan, kursi yang
disediakan negara Maroko untuk memberikan jatah beasiswa kepada mahasiswa
Indonesia, kian menunjukan perkembangan yang baik. Begitu juga pertukaran
budaya yang di galakkan oleh Asyam. Banyak dari masyarakat Maroko yang akhirnya
menyambut suka cita terhadap seni kebudayaan negara Indonesia. Asyam pun
menjadi tokoh yang di kagumi para petinggi kerajaan Maroko dan juga mahasiswa,
khususnya mahasiswa Indonesia yang berada di Maroko.
Hingga akhirnya takdir berbicara lain, banyak hal yang terjadi di luar dugaan
dan kehendak manusia. Ketika Asyam menyadari bahwa ternyata cinta itu tak
dilarang syariatnya dalam agama, selama tidak melanggar hukum Allah, maka Asyam
mulai merasakan dilemma cukup hebat, antara fokus terhadap pendidikan dan
karirnya, juga cinta yang tak kunjung hilang, membuat imannya serasa di
koyak-koyak. Disinilah pergulatan hati Asyam yang sangat hebat. Pesona Areta
dan kesempatan untuk selalu bersamanya, sempat melululantahkannya. Namun karena
kekuatan hatinya, Asyam tetap memilih untuk mendedikasikan dirinya dan kembali
ke negerinya Indonesia, lalu meninggalkan Areta.
Ketika segala sesuatu tidak sesuai kehendak manusia, maka Qada dan Qadr lah
yang memiliki andil untuk membuat manusia bisa menerima hidup sesuai kehendak
sang illahi. Cinta yang tarjadi didalam novel ini pun, merupakan ungkapan hati
dari Asyam Bahiir dan Areta yang memang sama-sama mengagumi seorang pujangga
asal Cordoba. Cinta tidak dilarang syariatnya dalam agama. Cinta adalah urusan
hati, dan hati adalah urusan illahi...
Dapatkan kisah selengkapnya hanya dengan memiliki novel "Ouhibouki
Areta". Tu lagi Ngantri...he he...
ini Foto Penulis Novelnya:.........
Pemilik Blog Adalah Mahasiswa Indonesia di Maroko, Afrika Utara.
Email: afikrihaditomandar@yahoo.com
Email: afikrihaditomandar@yahoo.com
Sumber: Kawan di Maroko yang juga terlibat dalam penulisan novel ini
http://el-hilaly.blogspot.com