Bila Enkau Hidup Hari ini, Jangan Menunggu Hari Esok Untuk Beribadah, Karena ajal/kematian Akan Memjemputmu Kapan saja, Tanpa Disangka-sangka

Minggu, 04 Maret 2012

Informasi Maroko: Sejarah dan Keunikan Kota Fes.

Kota Fez lebih dikenal sebagai kota spiritual dan budaya di Maroko. Kota Fez dibangun oleh Raja Idris I pada tahun 789 Masehi. Kemudian putranya, Idris II, melanjutkan pembangunan kota hingga tahun 810 Masehi. Menyebut kota Fez tentu ingatan langsung mengarah kepada Masjid dan Universitas Kairouyine yang berada di tengah kota tersebut..

Masjid dan Universitas Kairouyine itulah yang membuat kota Fez populer sebagai kota spiritual. Masjid dan Universitas Kairouyine menjadi tujuan menuntut ilmu dari mancanegara, baik dari dunia Islam maupun Eropa (pada masa kejayaan Islam).

Kota Fez semakin kuat warna spiritualnya karena juga terdapat Mausoleum pendiri Tarekat Tijaniyah, yakni Abul Abbas Ahmad bin Muhammad bin al Mukhtar at Tijani (1737-1815).
Tarekat Tijaniyah mempunyai jutaan pengikut di seantero dunia Islam, termasuk banyak juga pengikutnya di Indonesia. Ribuan penziarah mengunjungi kota Fez untuk mencari berkah di Mausoleum pendiri Tarekat Tijaniyah itu.

Kota Fez. terdiri dari dua bagian, yaitu kota baru dan kota lama. Dari atas bukit, kota Fez lama tampak bak hamparan kawasan eksklusif dengan rumah-rumah atau bangunan yang berimpit-impitan. Seperti halnya kota-kota Arab lama, kota Fez lama juga dikelilingi tembok tinggi (tingginya sekitar 5 meter) dengan memiliki beberapa pintu masuk. Kota Fez lama yang juga dikenal dengan nama Fez Al Bali hanya bisa dimasuki dengan jalan kaki atau naik sepeda. Kendaraan beroda empat tidak bisa masuk kota Fez lama

Sejak 1.000 tahun lalu, wujud kota Fez seperti ini, tidak berubah sama sekali. Sungguh menakjubkan melihat di dalam kota Fez lama itu. Sebuah sistem kehidupan mandiri dan eksklusif dengan infrastruktur kota yang lengkap. Di dalam kota Fez lama, terdapat toko-toko, sekolah-sekolah agama, rumah-rumah penduduk, restoran-restoran yang berhadap-hadapan dengan hanya dipisah jalan sempit selebar sekitar 2 meter saja.
Penduduk kota Fez lama tidak perlu lagi keluar kota karena semua kebutuhan hidup dasar telah terpenuhi di dalam kota lama, semisal kebutuhan pangan, pendidikan, klinik kesehatan, serta masjid-masjid yang bertebaran di dalam kota lama.

Berada di dalam kota Fez lama tidak berlebihan jika seakan merasakan hidup seperti suasana berabad – abad lampau. Sering kali jalan-jalan sempit yang menghubungkan satu tempat dengan tempat lain di dalam kota Fez lama remang-remang agak gelap.

Tentu tak melupakan ziarah ke Masjid dan Universitas Kairouyine yang legendaris dan terletak di tengah kota lama. Saat ini, Universitas Kairouyine tetap menjadi pusat menuntut ilmu agama para pelajar dari dunia Islam, termasuk Indonesia. Menurut data KBRI Rabat, mahasiswa Indonesia yang belajar di Maroko sebanyak 100an  mahasiswa, termasuk di antaranya yang belajar di Universitas Kairouyine.

Setelah mengunjungi Masjid dan Universitas Kairouyine, lalu melanjutkan ziarah ke Mausoleum pendiri Tarekat Tijaniyah, yakni Abul Abbas Ahmad bin Muhammad bin al Mukhtar at Tijani. ”Anda dari Indonesia, ya? Banyak orang Indonesia datang ke sini,” kata salah seorang penjaga Mausoleum pendiri Tarekat Tijaniyah itu. Ia lalu menemani masuk ke dalam Mausoleum sambil menjelaskan tempat-tempat yang ada di dalamnya. Hanya beberapa langkah kaki masuk ke dalam Mausoleum, sudah terdengar suara alunan ayat-ayat suci Al Quran yang dibaca oleh para peziarah.

”Di sini pasti ada orang dari mancanegara, dari Afrika, Asia, atau negara Arab lain yang tinggal berhari-hari, bahkan berminggu-minggu di dalam Mausoleum untuk mencari barakah,” katanya.

Fez kini merupakan kota ketiga terbesar di Maroko, setelah Casablanca dan Rabat, dengan penduduk 946.815 jiwa (dalam sensus tahun 2004). Fez juga disebut satu dari empat ibu kota monarki di Maroko, selain Marrakesh, Meknes, dan Rabat. Pasalnya, hampir semua monarki yang berkuasa di Maroko selalu menjadikan kota Fez sebagai ibu kotanya. Pada masa dinasti Almohad (1130-1269), kota Fez merupakan kota terbesar di dunia, yakni persisnya dari tahun 1170 hingga 1180. Fez juga saat itu dikenal sebagai pusat kota ilmu pengetahuan dan keagamaan, di mana kaum Muslim dan Kristen dari Eropa datang ke Fez untuk menimba ilmu. Pada masa dinasti Marinid (1269-1420) dan masa kerajaan Fez (1420-1554) dikenal masa tumpleknya imigran Muslim dari Spanyol ke kota Fez, menyusul jatuhnya kejatuhan Spanyol pada tahun 1492.

Warga Arab dari Tunisia juga pernah berduyun-duyun datang dan menetap di kota Fez, yang membuat kota tersebut semakin berkarakteristik Arab dan muncul distrik Adwat Al Andalus dan Adwat al-Qarawiyyin. Fez lalu di bawah Dinasti Saadi sejak 1554 hingga 1649. Sejak tahun 1649, Fez menjadi pusat negeri Maroko dan sebagai pusat perdagangan kaum Berber di Afrika Utara. Hingga abad ke-19 Masehi, hanya kota Fez yang dikenal sebagai pusat produksi tarboosh (topi khas Arab), sebelum kemudian juga dibuat di Perancis dan Turki.berkunjung ke kota fes, pastinya akan melihat papan spanduk yang bertuliskan, ya bole dikata semua bahasa, tulisan ini bisa kita jumpai di jalan bab julud, jalan menuju univ. qurawiyyin bahasa indonesiapun hadir di papan ini dengan arti senyum kau di fes.

Kota Fez menjadi wilayah independen yang dipimpin oleh Raja Yazid (1790-1792) dan Abu’r Rabi Sulayman (1792-1795). Raja tersebut kemudian ditaklukkan oleh Maroko. Pada tahun 1819-1821, kota Fez menjadi bagian dari wilayah kaum pemberontak yang dipimpin oleh Ibrahim ibn Yazid. Pada tahun 1830, kota Fez kembali jatuh ke tangan kaum pemberontak yang dipimpin Muhammad ibn Tayyib. Pada tahun 1912-1956, kota Fez bagian dari wilayah Maroko Spanyol.

Fez dikenal sebagai ibu kota Maroko dalam sepanjang masanya hingga tahun 1912. Pada tahun 1912, ketika Maroko di bawah pendudukan Perancis, maka dipilih Rabat sebagai ibu kota baru Maroko hingga saat ini. Namun, Fez tetap bertahan sebagai kota spiritual dan budaya di Maroko hingga hari ini.
Jika kawan-kawan atau wisatawan berkunjujg ke kota fes, dan menganut agama islam tentunya akan mengingat kitab rujukan dalam mempelajari bahasa arab yaitu kitab al-jurumiyah, pengarang kitab ini berasal dari kota fes, maroko, sebut saja syekh shonhaji ibnu asyir. Itulah sejarah singakat kota fes, dalam ruang lingkup madinah qodimah (kota lama) dan madinah jadidah (kota baru). Selamat membaca goresan anak desa dari Negeri seirbu benteng.

email: afikrihaditomandar@yahoo.com




Comments

1 komentar:

Mau nanya donk tentang maroko lebih jauh lg. Khususnya kota fez

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More